Relokasi Warga, Syarat
Normalisasi Sungai
Senin, 3 Februari 2014
| 13:40 WIB
JAKARTA, KOMPAS.com - Dalam upaya membebaskan
Jakarta dari banjir, sudah saatnya diterapkan manajemen air dari hulu ke hilir.
Karena itu, proyek normalisasi Kali Ciliwung yang siap dilaksanakan
pemerintah pusat dan DKI Jakarta tahun ini dinilai lebih realistis dibandingkan
membuat waduk-waduk baru dengan pendekatan proyek.
Konsekuensinya, paling tidak sekitar 70.000 keluarga yang
selama ini mendiami bantaran Kali Ciliwung, khususnya di wilayah Jakarta,
harus direlokasi. Dibutuhkan rekayasa sosial yang jitu, termasuk menyiapkan
permukiman baru.
Kali Ciliwung menurut rencana dilebarkan
menjadi 35-50 meter ditambah jalan inspeksi 7,5 meter di dua sisi. Di Depok,
Ciliwung masih selebar 10-15 meter. Begitu masuk wilayah DKI, lebarnya menciut
hingga posisi ekstrem 5 meter. Kondisi ekstrem ini antara lain di Kampung
Melayu, Jakarta Timur, dan Cikini, Jakarta Pusat. Lebar sungai tersebut kini
bervariasi akibat menjamurnya hunian penduduk di bantaran.
Pemprov DKI akan mengawali proyek normalisasi Ciliwung di
Kampung Pulo, Jakarta Timur. Warga di kawasan itu akan direlokasi ke rumah
susun sewa yang disediakan pemerintah.
Penertiban secara bertahap sudah dimulai 2013 di sisi Kanal
Barat di Kelurahan Petamburan, Kecamatan Tanah Abang. Bangunan-bangunan di sisi
Kanal Barat di Petamburan mulai dibongkar. Bagian yang telah dibersihkan dari
warung dan bangunan liar telah disulap menjadi trotoar dan taman sepanjang
200-an meter.
Langkah yang harus diambil, antara lain, adalah
mengembalikan vegetasi sungai serta membebaskan sempadan dari permukiman.
Selain itu, debit air yang jatuh ke sungai pun dikurangi dengan menata area
tangkapan air.
Beberapa pengembang mengambil sempadan sungai untuk lahan
komersial. "Dalam PP Nomor 38 Tahun 2011 sempadan sungai adalah tanah
milik negara, dan tidak boleh ada bangunan apa pun di tempat itu," kata
Sahroel.
(MDN/NEL/NDY/JOS/BRO/RWN/PIN/A12/A13)
Anies:
Selama Ini Rakyat Harus Digusur supaya Kota Kelihatan Maju
Minggu, 15 Januari
2017 | 16:30 WIB
JAKARTA, KOMPAS.com – Calon gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan, menyindir
penggusuran yang dilakukan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dengan alasan
pembangunan. Menurut dia, selama ini Pemprov DKI Jakarta hanya memikirkan
kemajuan kota tapi tidak memerhatikan warga korban penggusuran.
"Selama ini yang dipikirkan kemajuan kota. Bahkan rakyatnya harus digusur supaya kelihatan maju," kata Anies, di Lebak Bulus, Jakarta Selatan, Minggu (15/1/2017).
Anies menilai, penggusuran tak perlu dilakukan di Jakarta. Mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan itu berpendapat kebijakan yang tepat adalah menekan angka kemiskinan di Jakarta, bukan menertibkan permukiman warga miskin.
Anies menegaskan, dia akan memajukan Jakarta dan meningkatkan layanan pendidikan serta penyediaan lapangan pekerjaan jika terpilih menjadi Gubernur DKI Jakarta.
"Selama ini yang dipikirkan kemajuan kota. Bahkan rakyatnya harus digusur supaya kelihatan maju," kata Anies, di Lebak Bulus, Jakarta Selatan, Minggu (15/1/2017).
Anies menilai, penggusuran tak perlu dilakukan di Jakarta. Mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan itu berpendapat kebijakan yang tepat adalah menekan angka kemiskinan di Jakarta, bukan menertibkan permukiman warga miskin.
Anies menegaskan, dia akan memajukan Jakarta dan meningkatkan layanan pendidikan serta penyediaan lapangan pekerjaan jika terpilih menjadi Gubernur DKI Jakarta.
Relokasi Warga Bukan Solusi Atasi Banjir
Rinaldy Sofwan & Tri Wahyuni, CNN Indonesia
Dengan perlebaran sampai 50 meter, berarti sebagian
besar perumahan di Kampung Pulo dan Bukit Duri akan habis. Karena itu, warga
sempat mengajukan agar perlebaran hanya dilakukan sampai 35 meter. "Itu
menurut kami lebar sungai yang wajar. Kebanyakan sungai di manapun lebarnya
berada di kisaran itu," kata Sandyawan.
Dia juga menilai, relokasi warga bukanlah solusi yang tepat untuk menyelesaikan masalah di Ciliwung. Alasannya, relokasi akan mengganggu sistem ekonomi warga yang sudah sejak lama terbentuk, dan pada akhirnya, akan berimbas pada kesejahteraan warga.
"Studi ekonomi dan sejarah kami menunjukkan warga di sini sudah menjalankan usahanya sejak lama. Jika sistem itu diganggu, stabilitas ekonomi mereka pun akan terganggu," kata Sandyawan. "Walau demikian, warga juga tidak fanatik ingin tinggal di pinggiran kali. Kalau ada tempat yang tidak terlalu jauh, pasti warga setuju."
http://megapolitan.kompas.com/read/2017/01/15/16303831/anies.selama.ini.rakyat.harus.digusur.supaya.kota.kelihatan.maju
Dia juga menilai, relokasi warga bukanlah solusi yang tepat untuk menyelesaikan masalah di Ciliwung. Alasannya, relokasi akan mengganggu sistem ekonomi warga yang sudah sejak lama terbentuk, dan pada akhirnya, akan berimbas pada kesejahteraan warga.
"Studi ekonomi dan sejarah kami menunjukkan warga di sini sudah menjalankan usahanya sejak lama. Jika sistem itu diganggu, stabilitas ekonomi mereka pun akan terganggu," kata Sandyawan. "Walau demikian, warga juga tidak fanatik ingin tinggal di pinggiran kali. Kalau ada tempat yang tidak terlalu jauh, pasti warga setuju."
http://megapolitan.kompas.com/read/2017/01/15/16303831/anies.selama.ini.rakyat.harus.digusur.supaya.kota.kelihatan.maju
No comments:
Post a Comment