Wednesday, August 29, 2018

Veteran Tua - unsur intrinsik sastra Agustus 2018



Nama:   ______________                                                                                                                                            Kelas: ____
Veteran Tua
Oleh Algo Wijaya

Seorang lelaki tua menyandarkan sepeda bututnya di parkiran balai desa. Karena baru saja datang, lelaki itu akhirnya duduk di antrian paling belakang. Satu jam sudah ia duduk mengantri di tempat itu. Beberapa saat kemudian, tibalah kakek itu di antrian paling depan. Ia mengeluarkan sebuah map berwarna merah yang ia bungkus dengan kresek berwarna hitam dan menyerahkannya kepada si petugas kelurahan. Si petugaspun langsung memeriksa satu per satu isi map merah milik kakek tadi.

“Maaf pak, tapi syarat-syarat bapak kurang lengkap. Bapak harus meminta surat keterangan tidak mampu dari ketua RT dan RW, baru bapak bisa kembali lagi ke sini. Kata si petugas kelurahan sambil menyerahkan kembali map merah milik kakek.

Lelaki tua itu tetap berusaha tersenyum, sudah lebih dari sejam ia duduk menunggu di sana namun ternyata semua itu sia-sia. Ia kembali menuju sepeda onthel tuanya yang diparkir di antara beberapa mobil dan sepeda motor.

Kakek tua yang sehari-hari bekerja sebagai kuli panggul di pasar itu dulunya adalah seorang pejuang kemerdekaan, sudah banyak pengalaman pahit manis yang dialaminya. Ia telah kehilangan banyak sekali teman-teman seperjuangannya, tapi kematian teman-temannya tersebut tidaklah sia-sia. Mereka semua adalah para syuhada, mereka semua mati syahid, mati di jalan illahi sebagai bunga bangsa.

Lelaki tua itu tiba-tiba tersentak mendengar klakson bis yang membangunkannya dari lamunan masa lalunya. Tak terasa ternyata ia telah berada di jalan raya, itu artinya ia harus lebih berhati-hati lagi.

Kakek itu sekarang tinggal bersama istrinya di kolong jembatan setelah rumah mereka digusur polisi seminggu lalu. Tapi sayangnya sang istri sekarang sedang sakit keras dan dirawat di rumah sakit, sementara si kakek sedang mengusahakan pengobatan gratis bagi istrinya tersebut.
Tiba-tiba angin berhembus semakin kencang, suara petir mulai terdengar dan awanpun berubah menjadi hitam tanda akan turun hujan. Dan benar saja, hujan turun dengan derasnya. Si kakek memutuskan untuk berteduh di emperan toko karena tak ingin map yang dibawanya tersebut menjadi basah dan rusak.

Ternyata dari tadi lelaki tua itu berteduh di depan warung sate, pantas saja perutnya merasa semakin lapar. Ia ingat bahwa terakhir ia makan sudah sejak tadi malam, sedangkan sekarang sudah jam dua lebih. Sekilas ia menengok ke dalam warung sate tadi, di dalamnya banyak orang sedang makan dengan lahapnya. Lelaki tua itu pun tersenyum, ia merasa bangga karena perjuangannya dulu saat mengusir kompeni dari tanah airnya tidaklah sia-sia. Bila ia dan teman-teman seperjuangannya dulu gagal mengusir penjajah, mungkin mereka tak akan bisa menikmati suasana seperti ini.

Kakek tua itu kemudian mengalihkan pandangannya ke televisi yang dari tadi di setel oleh seorang pedagang kaset yang berjualan tak jauh darinya. Televisi itu sedang menyiarkan seorang berpakaian jas hitam rapi dengan mengenakan dasi sedang berpidato di sebuah ruangan yang kelihatannya sangat mewah. Si lelaki tua itu menebak bahwa orang yang sedang muncul di televisi tadi pastilah seorang pejabat negerinya. Dalam pidatonya, orang itu mengatakan bahwa rakyat di negerinya sudah kehilangan rasa nasionalisme, rakyat di negerinya juga dikatakan sudah kehilangan rasa cinta terhadap tanah airnya. Sejenak ia berpikir merenungi kata-kata pejabat itu. Dalam hati ia bertanya, siapa sebenarnya yang tidak punya nasionalisme, rakyat negerinya atau para pejabat itu?

Sesampainya di rumah sakit kekek tua itu memarkirkan sepedanya dan langsung bergegas menuju kamar tempat istrinya dirawat. Entah kenapa kakek itu selalu merasa tak tenang setiap jauh dari istrinya. Ia akan memastikan dulu bahwa istrinya tak membutuhkan bantuannya, baru ia akan berangkat lagi untuk mengurus surat keringanan ke ketua RT dan RW.

Saat sampai di depan kamar tempat istrinya dirawat, ia mendapati bahwa kamar sudah dalam keadaan kosong. Pintu kamarpun dalam keadaan terkunci sehingga tak bisa dibuka, padahal kakek itu yakin ia tidak salah kamar. Dalam hati ia berpikir bahwa mungkin istrinya telah sembuh sehingga dipindahkan ke tempat lain oleh dokter. Namun untuk memastikan, si kakek mencari seorang dokter yang tadi pagi memeriksa keadaan istrinya. Si kakek pun menanyakan kepada dokter tadi di mana istrinya sekarang berada. Dokter pun menatap wajah si kakek dengan mata berkaca-kaca.

“Maaf pak, kami sudah berusaha sebisa kami tapi ternyata Allah berkehendak lain. Istri bapak sudah meninggal sejam yang lalu.” Kata si dokter yang tak bisa menyembunyikan rasa sedihnya.
Si kakek pun meneteskan air matanya, tubuhnya bergetar hebat, map merah yang dibawanya jatuh dari pegangan tangannya. Pandangannya pun menjadi semakin kabur dan perlahan menjadi gelap gulita. Si kakek pun sekarang sudah tak ingat apa-apa lagi.

Keesokan harinya dua buah gundukan tanah baru muncul di kuburan. Yang satu bertuliskan Darsono bin Atmo, seorang veteran tua yang sehari-hari bekerja sebagai kuli panggul. Sedangkan nisan yang satunya lagi bertuliskan Pariyem binti Ngatijo, istri dari sang veteran pejuang. Meskipun sang veteran miskin itu sekarang telah tiada. Namun di negerinya, negeri di mana kayu dan batu bisa jadi tanaman, masih banyak orang yang bernasib sama bahkan lebih tragis darinya. Mereka semua, rakyat di negeri itu, banyak yang rela bekerja keras membanting tulang dan memeras darah hanya sekedar untuk makan sekali sehari.

Dari contoh cerpen diatas, dapat kita tentukan unsur-unsur intrinsik yang membangun cerita pendek tersebut, yaitu:

Unsur intrinsik
1. Tema : _____________________________________________________________________

2. Latar  :
  • Tempat  : _______________________________________________________________
  • Waktu    : _______________________________________________________________
  • Suasana : _______________________________________________________________
3. Penokohan dan watak:
  • Kakek Tua : _____________________________________________________________
  • Istri          : _____________________________________________________________
4. Amanat            : _____________________________________________________________

Unsur intrinsik sastra - Agustus 2018


Nama: ________________                                                               Kelas: _____
Tanggal: ______________

Jawablah pertanyaan berikut!

1.     Siapakah tokoh utama dalam cerita di yang kamu baca?
______________________________________________________________________________________________________________________
2.    Sebutkan tokoh cerita yang ada dan tuliskan watak/sifatnya!
a.  Tokoh 1:_______________Sifat:_______________________________
b.  Tokoh 2:_______________Sifat:______________________________
c.  Tokoh 3:_______________Sifat:______________________________
3.    Jelaskan  latar cerita di atas!
a.    Latar tempat: _____________________________________________
b.    Latar waktu: ______________________________________________
c.    Latar suasana: _____________________________________________
4.    Apa tema cerita yang kamu baca?
______________________________________________________________________________________________________________________
5.    Apa amanat dari cerita di atas?
_________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________

Gambarlah latar tempat dan tokohnya!

Cut Nyak Dien pemahamana bacaan - Agustus 2018 (S)


Nama:  _____________                                                                                                         Kelas: ___
Tanggal: ____________
Bacalah dan kerjakan tugas di bagian bawah!

Cut Nyak Din
Untuk mendapatkan kekayaan alam, Belanda menduduki daerah Siak.
Salah satu tokoh yang melawan Belanda adalah Cut Nyak Din. Cut Nyak Din lahir di Lampadang Provinsi Aceh tahun 1850 dan wafat dalam pengasingan di Sumedang Jawa Barat 6 November 1908. Cut Nyak Din menikah pada usia 12 tahun dengan Teuku Cik Ibrahim Lamnga. Karena suaminya gugur, Cut Nyak Din akhirnya menikah kembali dengan Teuku Umar. Dalam perjuangannya Teuku Umar berpura-pura bekerjasama dengan Belanda sebagai taktik untuk memperoleh senjata dan perlengkapan perang lainnya. Sementara itu Cut Nyak Din berjuang melawan Belanda di kampung halaman Teuku Umar.
Perjuangannya yang berat dengan bergerilya keluar masuk hutan membuat kondisi pasukan dan kesehatannya mengkhawatirkan. Merasa kasihan dengan kondisi pimpinannya, para pengawal Cut Nyak Dien akhirnya membuat kesepakatan dengan Belanda bahwa Cut Nyak Dien boleh ditangkap dengan catatan diperlakukan secara terhormat dan bukan sebagai penjahat perang. Setelah menjadi tawanan, ia diasingkan di Sumedang Jawa Barat tanggal 11 Desember 1905. Cut Nyak Dien akhirnya wafat di pengasingan.
Sumber: biografi-biodata-profile.blogspot.com
Kata yang tidak dimengerti:

_________________________________________________________________________
_________________________________________________________________________
_________________________________________________________________________
_________________________________________________________________________
_________________________________________________________________________
_________________________________________________________________________

Buatlah kalimat dengan kata berikut:

1. melawan: _______________________________________________________________________

2. mendapatkan: ___________________________________________________________________

3. memperoleh: ____________________________________________________________________

4. menangkap: _____________________________________________________________________

5. membuat: _______________________________________________________________________

Jawablah pertanyaan berikut dengan memakai kalimat lengkap!

1. Dari mana Cut Nyak Din berasal?
______________________________________________________________________________
2. Mengapa ia melawan Belanda?
______________________________________________________________________________
3. Bagaimana cara Teuku Umar mendapatkan senjata musuh?
______________________________________________________________________________
4. Apa syarat penangkapan Cut Nyak Dien?
______________________________________________________________________________
5. Di mana Cut Nyak Dien diasingkan?
_________________________________________________________________________________



Tuesday, August 28, 2018

Perbandingan cerita Cut Nyak Din dan Pangeran Diponegoro - Agustus 2018



Nama:  _____________                                                                                                                                Kelas: ___
Tanggal: ____________
Bandingkan dua tokoh berikut. Cari lima hal penting yang bisa dibandingkan.

Cut Nyak Din
Image result for cut nyak dhienUntuk mendapatkan kekayaan alam, Belanda menduduki daerah Siak. Akibat dari Perjanjian Siak 1858, Sultan Ismail menyerahkan daerah Deli, Langkat, Asahan, dan Serdang kepada Belanda.
Salah satu tokoh yang melawan Belanda adalah Cut Nyak Din. Cut Nyak Din lahir di Lampadang Provinsi Aceh tahun 1850 dan wafat dalam pengasingan di Sumedang Jawa Barat 6 November 1908. Cut Nyak Din menikah pada usia 12 tahun dengan Teuku Cik Ibrahim Lamnga. Namun pada suatu pertempuran di Gletarum, Juni 1878, sang suami Teuku Ibrahim gugur. Cut Nyak Din akhirnya menikah kembali dengan Teuku Umar tahun 1880 yang juga seorang pejuang Aceh. Dalam perjuangannya Teuku Umar berpura-pura bekerjasama dengan Belanda sebagai taktik untuk memperoleh senjata dan perlengkapan perang lainnya. Sementara itu Cut Nyak Din berjuang melawan Belanda di kampung halaman Teuku Umar.
Untuk mengalahkan pertahanan dan perlawan Aceh, Belanda memakai tenaga ahli Dr. Christiaan Snouck Hurgronje yang menyamar selama 2 tahun di pedalaman Aceh untuk meneliti kebudayaan Aceh. Hasil penelitiannya dipakai untuk mengalahkan orang Aceh, misalnya para ulama harus dikalahkan.
Perjuangannya yang berat dengan bergerilya keluar masuk hutan membuat kondisi pasukan dan kesehatannya mengkhawatirkan. Merasa kasihan dengan kondisi pimpinannya, para pengawal Cut Nyak Dien akhirnya membuat kesepakatan dengan Belanda bahwa Cut Nyak Dien boleh ditangkap dengan catatan diperlakukan secara terhormat dan bukan sebagai penjahat perang. Setelah menjadi tawanan, ia diasingkan di Sumedang Jawa Barat tanggal 11 Desember 1905. Cut Nyak Dien akhirnya wafat di pengasingan.
Sumber: biografi-biodata-profile.blogspot.com
Pangeran Diponegoro
Image result for pangeran diponegoroPangeran Diponegoro lahir di Yogyakarta, 11 November 1785 – meninggal di Makassar, Sulawesi Selatan, 8 Januari 1855 pada umur 69 tahun.
Perang Diponegoro (Inggris:The Java War), adalah perang besar dan berlangsung selama lima tahun (1825-1830) yang terjadi di hampir seluruh Jawa antara pasukan penjajah Belanda di bawah pimpinan Jendral De Kock melawan penduduk pribumi yang dipimpin seorang pangeran Yogyakarta bernama Pangeran Diponegoro.
Perang Diponegoro berawal ketika pihak Belanda memasang patok di tanah milik Diponegoro di Desa Tegalrejo untuk dibuat jalan. Saat itu, beliau memang sudah muak dengan kelakuan Belanda yang tidak menghargai adat istiadat setempat dan sangat mengeksploitasi rakyat dengan pembebanan pajak.
Perang Diponegoro merupakan salah satu pertempuran terbesar yang pernah dialami oleh Belanda selama menjajah Hindia Belanda. Peperangan ini melibatkan seluruh wilayah Jawa, maka disebutlah perang ini sebagai Perang Jawa. Dokumen-dokumen Belanda yang dikutip para ahli sejarah, disebutkan bahwa sekitar 200.000 jiwa rakyat yang terenggut. Sementara itu di pihak serdadu Belanda, korban tewas berjumlah 8.000.

Penangkapan dan pengasingan
Pada tanggal 28 Maret 1830 Diponegoro menemui Jenderal de Kock di Magelang. De Kock memaksa mengadakan perundingan dan mendesak Diponegoro agar menghentikan perang. Permintaan itu ditolak Diponegoro. Tetapi Belanda telah menyiapkan penyergapan dengan teliti. Ternyata perundingan itu hanya cara supaya Belanda dapat menangkap Diponegoro. Tanggal 11 April 1830 ia dibawa ke Batavia dan ditawan di Stadhuis (sekarang gedung Museum Fatahillah). Tanggal 3 Mei 1830 Diponegoro dan rombongan diberangkatkan dengan kapal Pollux ke Manado dan ditawan di benteng Amsterdam di Makassar, Sulawesi Selatan. Pada tanggal 8 Januari 1855 Diponegoro wafat dan dimakamkan di kampung Jawa, Makassar.
Sumber:

Peristiwa pada masa kolonial dan sistem tanam paksa - Agustus 2018


Peristiwa-Peristiwa pada Masa Pemerintahan Kolonial Belanda
Pada tahun 1595, Belanda berangkat dari Eropa di bawah pimpinan Cornelis de Houtman dan sampai di Indonesia pada tahun 1596 dengan mendarat di Banten. Sejak pelayaran de Houtman, banyak berdiri perusahaan-perusahaan dagang Belanda yang masing-masing memiliki kapal sendiri dan berlayar ke Indonesia.
Pembentukan VOC
Pedagang Belanda dengan didukung oleh pemerintahnya membentuk kongsi dagang yang bernama VOC (Vereenidge Oostindische Compagnie) pada tanggal 20 Maret 1602.

Tujuan VOC di Indonesia antara lain sebagai berikut.
1. Menguasai pelabuhan-pelabuhan penting.
2. Menguasai kerajaan-kerajaan di Indonesia.
3. Melaksanakan monopoli perdagangan rempah-rempah.

Pengalihan Kekuasaan VOC kepada Kerajaan Belanda
Memasuki akhir abad ke-18, kejayaan VOC mulai merosot. Faktor internal yang menyebabkan kemerosotan VOC adalah sebagai berikut.
1. Banyak pegawai VOC melakukan korupsi.
2. Sulitnya melakukan pengawasan terhadap daerah penguasaan VOC yang sangat luas.

Faktor eksternal yang menyebabkan kemerosotan VOC adalah sebagai berikut.
1. Meletusnya Revolusi Prancis menyebabkan Belanda jatuh ke tangan Prancis di bawah pimpinan Napoleon Bonaparte.
2. Penentangan oleh rakyat Indonesia terhadap VOC dalam bentuk peperangan yang banyak menyedot pembiayaan dan tenaga.

Pada tanggal 15 Januari 1808, Herman W. Daendels menerima kekuasaan dari Gubernur Jenderal Weise. Daendels dibebani tugas mempertahankan Pulau Jawa dari serangan Inggris karena Inggris telah menguasai daerah kekuasaan VOC di Sumatra, Ambon, dan Banda.




Nama: ________________________                                                                Kelas: ________

Sistem Tanam Paksa Pemerintah Kolonial Belanda
Pada masa kepemimpinan Johanes Van Den Bosch, Belanda memperkenalkan sistem tanam paksa. Sistem tanam paksa pertama kali diperkenalkan di Jawa dan dikembangkan di daerah-daerah lain di luar Jawa. Di Sumatra Barat, sistem tanam paksa dimulai sejak tahun 1847. Saat itu, penduduk yang telah lama menanam kopi secara bebas dipaksa menanam kopi untuk diserahkan kepada pemerintah kolonial. Sistem yang hampir sama juga dilaksanakan di tempat lain seperti Minahasa, Lampung, dan Palembang. Kopi merupakan tanaman utama di Sumatra  Barat dan Minahasa. Adapun lada merupakan tanaman utama di Lampung dan Palembang. Di Minahasa, kebijakan yang sama kemudian juga berlaku pada tanaman kelapa.

Pelaksanaan tanam paksa banyak terjadi penyimpangan, di antaranya sebagai berikut.
1. Jatah tanah untuk tanaman ekspor melebihi seperlima tanah garapan, apalagi jika tanahnya subur.
2. Rakyat lebih banyak mencurahkan perhatian, tenaga, dan waktunya untuk tanaman ekspor sehingga banyak yang tidak sempat mengerjakan sawah dan ladang sendiri.
3. Rakyat yang tidak memiliki tanah harus bekerja melebihi 1/5 tahun.
4. Waktu pelaksanaan tanam paksa ternyata melebihi waktu tanam padi (tiga bulan) sebab tanaman-tanaman perkebunan memerlukan perawatan terus-menerus.
5. Setiap kelebihan hasil panen dari jumlah pajak yang harus dibayarkan kembali kepada rakyat ternyata tidak dikembalikan kepada rakyat.
6. Kegagalan panen tanaman wajib menjadi tanggung jawab rakyat/petani.
Adanya penyimpangan-penyimpangan pelaksanaan tanam paksa membawa akibat yang memberatkan rakyat Indonesia. Akibat penyimpangan pelaksanaan tanam paksa tersebut antara lain: banyak tanah terbengkalai sehingga panen gagal, rakyat makin menderita, wabah penyakit merajalela, bahaya kelaparan melanda Cirebon dan memaksa rakyat mengungsi ke
daerah lain untuk menyelamatkan diri. Kelaparan hebat juga terjadi di Grobogan yang mengakibatkan banyak kematian sehingga jumlah penduduk menurun tajam.

Tanam paksa yang diterapkan Belanda di Indonesia ternyata mengakibatkan aksi penentangan. Berkat adanya kecaman dari berbagai pihak, akhirnya pemerintah Belanda menghapus tanam paksa secara bertahap. Salah satu tokoh Belanda yang menentang sistem tanam paksa adalah Douwes Dekker dengan nama samaran Multatuli.

Dia menentang tanam paksa dengan mengarang buku berjudul Max Havelaar. Edward Douwes Dekker mengajukan tuntutan kepada pemerintah kolonial Belanda untuk lebih memperhatikan kehidupan bangsa Indonesia karena kejayaan negeri Belanda itu merupakan hasil tetesan keringat rakyat Indonesia. Dia mengusulkan langkah-langkah untuk membalas budi baik bangsa Indonesia. Langkah-langkah tersebut adalah sebagai berikut.
a. Pendidikan (edukasi).
b. Membangun saluran pengairan (irigasi).
c. Memindahkan penduduk dari daerah yang padat ke daerah yang jarang penduduknya (transmigrasi).

Pahamilah bacaan di atas! Tuliskan informasi penting dalam bacaan ke dalam kolom-kolom berikut dengan menggunakan prinsip: apa, di mana, kapan, siapa, mengapa, dan bagaimana!

1. Siapakah yang memiliki ide tanam paksa dan siapa yang harus mengerjakannya?
..................................................................................................................................................
..................................................................................................................................................
2. Apakah tanam paksa itu? ..................................................................................................................................................
..................................................................................................................................................
3. Di manakah tanam paksa dilaksanakan?
..................................................................................................................................................
..................................................................................................................................................
3. Apa akibat tanam paksa?
..................................................................................................................................................
..................................................................................................................................................

Sepeda tua Pak Diran - Agustus 2018 (Pemahaman bacaan dan unsur sastra)


Nama:__________________                                                                                                                                      Kelas: ___
Tanggal: ________________
Sepeda Tua Pak Diran

Di daerah panas seperti kotaku ini, kota kecil di pinggir pesisir, hanya panas dan angin laut yang akrab dengan alam. Biasanya Pak Diran datang ke rumah, tetapi kali ini ia tidak muncul. Ia merawat tanaman di kebunku.
”Barangkali Pak Diran sakit, Rud,” kata ayah dengan gelisah kepadaku.
“Tahu sendiri kan, rumahnya jauh, naik sepeda tuanya paling tidak perlu waktu satu jam sampai sini,” sambungnya.
”Iya barangkali,” balasku ragu. Aku tahu, meskipun umur Pak Diran hampir sampai pada bilangan ke-60, kulihat fisiknya masih cukup kuat. Dia jarang sakit. Barangkali karena kebiasaannya mengayuh sepeda hampir dua jam setiap harinya. Bi Minah, pembantu di rumahku yang satu kampung dengan Pak Diran, hanya menggeleng-geleng saja ketika ditanya tentang keadaan Pak Diran.
”Ditengok saja ke sana Rudi, kalau-kalau Pak Diran sakit.” Aku masih ragu. Rasanya tak mungkin Pak Diran sakit. Kemarin dulu kelihatannya masih sehat-sehat saja, kok. Tidak kelihatan tanda-tanda sama sekali kalau dia sakit. Seminggu berlalu. Pak Diran belum juga muncul.
Meski sudah dirawat, tanam-tanaman di rumahku mulai merunduk layu. Aku tidak setelaten Pak Diran dalam merawat tanaman.
”Besok akan kutengok Pak Diran,” kataku dalam hati.
Esok paginya ketika aku sedang bersiap-siap untuk berangkat, tiba-tiba Pak Diran sudah berdiri di hadapannku. Mukanya kuyu kurang tidur. Bajunya lusuh menambah kesan tua umurnya yang sudah lebih setengah abad.
Lho, Pak! Saya kira Pak Diran sakit. Habis sudah seminggu nggak masuk. Apa sudah sehat, tho?” cerocosku tanpa memberinya kesempatan bernapas.
”Anu, Nak Rudi, sebelumnya maafkan saya. Saya tidak sakit, tapi saya tidak sempat memberi kabar. Sudah seminggu ini saya keluar-masuk pasar. Hampir tiap hari saya keluyuran, Nak,” jelasnya.
”Ada apa, Pak? Apa Pak Diran sudah bosan kerja?” tanyaku penuh selidik.
”Tidak, Nak! Saya senang, kok, kerja di sini. Tapi, saya sedang tertimpa musibah.”
Lho, kena musibah, kok, malah keluyuran? Gimana Pak Diran ini?” tanyaku.
”Sepeda saya Nak, sepeda saya hilang,” katanya terbata-bata tak kuasa menyembunyikan dukanya.
“Bapak sudah lapor polisi?” tanyaku. “Sebaiknya Pak Diran lapor polisi.”
”Belum, Nak. Saya akan lapor polisi, setelah itu  saya akan kerja kembali.”
”Ya sudah Pak, mudah-mudahan sepedanya cepat ketemu,” jawab Rudi dengan suka cita, membayangkan tanaman kesayangannya tak akan layu lagi dan daun-daunnya pasti hijau lagi kalau sudah disentuh tangan dingin Pak Diran. Dua hari kemudian, tepat pada hari ulang tahunnya ke-60, Pak Diran datang. Wajahnya tak lagi kuyu, bajunya tak lusuh lagi. Dituntunnya sepeda tuanya dengan sorot mata bahagia dan segurat senyum tersungging di bibirnya yang keriput dimakan usia. Aku ikut bahagia karena dapat merasakan betapa bahagianya Pak Diran. Ternyata sepeda tuanya tidak hilang. Pak Diran yang lupa. Ia meletakkan sepeda di rumah tetangganya. Sepeda itu pula yang menemaninya mengarungi pahit getir kehidupan dunia. Dalam kesendirian hidupnya, hanya sepeda tua itu yang setia bersamanya selama bertahun-tahun.

Sepeda Tua Pak Diran, karya Edi Warsidi,
Visindo Media Persada, 2007

Pertanyaan:
1.     Apa yang Pak Diran lakukan di rumah Rudi?
________________________________________________________________________________________________________________________
2.    Mengapa Pak Diran tidak datang ke rumah Rudi dan merawat tanaman?
________________________________________________________________________________________________________________________
3.    Apa saran Rudi pada Pak Diran setelah mereka bertemu?
________________________________________________________________________________________________________________________
4.    Di mana ia menemukan sepedanya?
________________________________________________________________________________________________________________________

5.    Tulislah kata yang tidak kamu mengerti! (maksimal 10 kata)
a.     _______________________________________________________
b.    _______________________________________________________
c.     _______________________________________________________
d.    _______________________________________________________
e.    _______________________________________________________
f.     _______________________________________________________
g.     _______________________________________________________
h.    _______________________________________________________
i.      _______________________________________________________
j.     _______________________________________________________

Setelah selesai, carilah tokoh utama, sifat para tokoh, latar tempat, latar waktu, latar suasana, dan tema cerita.