Nama: _____________ Kelas: ___
Tanggal: ____________
Bandingkan dua tokoh berikut. Cari lima hal penting yang
bisa dibandingkan.
Cut
Nyak Din
Untuk mendapatkan kekayaan alam,
Belanda menduduki daerah Siak. Akibat dari Perjanjian Siak 1858, Sultan Ismail
menyerahkan daerah Deli, Langkat, Asahan, dan Serdang kepada Belanda.
Salah satu
tokoh yang melawan Belanda adalah Cut Nyak Din. Cut Nyak Din lahir di Lampadang Provinsi Aceh tahun 1850
dan wafat dalam pengasingan di Sumedang Jawa Barat 6 November 1908. Cut Nyak
Din menikah pada usia 12 tahun dengan Teuku Cik Ibrahim Lamnga. Namun pada
suatu pertempuran di Gletarum, Juni 1878, sang suami Teuku Ibrahim gugur. Cut
Nyak Din akhirnya menikah kembali dengan Teuku Umar tahun 1880 yang juga
seorang pejuang Aceh. Dalam perjuangannya Teuku Umar berpura-pura bekerjasama
dengan Belanda sebagai taktik untuk memperoleh senjata dan perlengkapan perang
lainnya. Sementara itu Cut Nyak Din berjuang melawan Belanda di kampung halaman
Teuku Umar.
Untuk mengalahkan pertahanan dan
perlawan Aceh, Belanda memakai tenaga ahli Dr. Christiaan Snouck Hurgronje yang menyamar
selama 2 tahun di pedalaman Aceh untuk meneliti kebudayaan Aceh. Hasil
penelitiannya dipakai untuk mengalahkan orang Aceh, misalnya para ulama harus
dikalahkan.
Perjuangannya yang berat dengan
bergerilya keluar masuk hutan membuat kondisi pasukan dan kesehatannya
mengkhawatirkan. Merasa kasihan dengan kondisi pimpinannya, para pengawal Cut
Nyak Dien akhirnya membuat kesepakatan dengan Belanda bahwa Cut Nyak Dien boleh
ditangkap dengan catatan diperlakukan secara terhormat dan bukan sebagai
penjahat perang. Setelah menjadi tawanan, ia diasingkan di Sumedang Jawa Barat
tanggal 11 Desember 1905. Cut Nyak Dien akhirnya wafat di pengasingan.
Sumber: biografi-biodata-profile.blogspot.com
Pangeran Diponegoro
Pangeran Diponegoro
lahir di Yogyakarta, 11 November 1785 – meninggal di Makassar, Sulawesi
Selatan, 8 Januari 1855 pada umur 69 tahun.
Perang Diponegoro (Inggris:The Java
War), adalah perang besar dan berlangsung selama lima tahun (1825-1830) yang
terjadi di hampir seluruh Jawa antara pasukan penjajah Belanda di bawah
pimpinan Jendral De Kock melawan penduduk pribumi yang dipimpin seorang
pangeran Yogyakarta bernama Pangeran Diponegoro.
Perang Diponegoro berawal ketika pihak
Belanda memasang patok di tanah milik Diponegoro di Desa Tegalrejo untuk dibuat
jalan. Saat itu, beliau memang sudah muak dengan kelakuan Belanda yang tidak
menghargai adat istiadat setempat dan sangat mengeksploitasi rakyat dengan
pembebanan pajak.
Perang Diponegoro merupakan salah satu
pertempuran terbesar yang pernah dialami oleh Belanda selama menjajah Hindia
Belanda. Peperangan ini melibatkan seluruh wilayah Jawa, maka disebutlah perang
ini sebagai Perang Jawa. Dokumen-dokumen Belanda yang dikutip para ahli
sejarah, disebutkan bahwa sekitar 200.000 jiwa rakyat yang terenggut. Sementara
itu di pihak serdadu Belanda, korban tewas berjumlah 8.000.
Penangkapan dan pengasingan
Pada tanggal 28 Maret 1830 Diponegoro
menemui Jenderal de Kock di Magelang. De Kock memaksa mengadakan perundingan
dan mendesak Diponegoro agar menghentikan perang. Permintaan itu ditolak
Diponegoro. Tetapi Belanda telah menyiapkan penyergapan dengan teliti. Ternyata
perundingan itu hanya cara supaya Belanda dapat menangkap Diponegoro. Tanggal
11 April 1830 ia dibawa ke Batavia dan ditawan di Stadhuis (sekarang gedung
Museum Fatahillah). Tanggal 3 Mei 1830 Diponegoro dan rombongan diberangkatkan
dengan kapal Pollux ke Manado dan ditawan di benteng Amsterdam di Makassar,
Sulawesi Selatan. Pada tanggal 8 Januari 1855 Diponegoro wafat dan dimakamkan
di kampung Jawa, Makassar.
Sumber:
·
http://www.sejarahnusantara.com/sejarah-aceh/sejarah-perang-aceh-melawan-belanda-1873-1904-10038.htm
No comments:
Post a Comment