Nama:__________________ Kelas:
___
Tanggal: ________________
|
Di
daerah panas seperti kotaku ini, kota kecil di pinggir pesisir, hanya panas dan
angin laut yang akrab dengan alam. Biasanya Pak Diran datang ke rumah, tetapi
kali ini ia tidak muncul. Ia merawat tanaman di kebunku.
”Barangkali
Pak Diran sakit, Rud,” kata ayah dengan gelisah kepadaku.
“Tahu
sendiri kan,
rumahnya jauh, naik sepeda tuanya paling tidak perlu waktu satu jam sampai
sini,” sambungnya.
”Iya
barangkali,” balasku ragu. Aku tahu, meskipun umur Pak Diran hampir sampai pada
bilangan ke-60, kulihat fisiknya masih cukup kuat. Dia jarang sakit. Barangkali
karena kebiasaannya mengayuh sepeda hampir dua jam setiap harinya. Bi Minah,
pembantu di rumahku yang satu kampung dengan Pak Diran, hanya menggeleng-geleng
saja ketika ditanya tentang keadaan Pak Diran.
”Ditengok
saja ke sana Rudi, kalau-kalau Pak Diran sakit.” Aku masih ragu. Rasanya tak
mungkin Pak Diran sakit. Kemarin dulu kelihatannya masih sehat-sehat saja, kok.
Tidak kelihatan tanda-tanda sama sekali kalau dia sakit. Seminggu berlalu. Pak
Diran belum juga muncul.
Meski
sudah dirawat, tanam-tanaman di rumahku mulai merunduk layu. Aku tidak
setelaten Pak Diran dalam merawat tanaman.
”Besok
akan kutengok Pak Diran,” kataku dalam hati.
”Lho,
Pak! Saya kira Pak Diran sakit. Habis sudah seminggu nggak
masuk. Apa sudah sehat, tho?”
cerocosku tanpa memberinya kesempatan bernapas.
”Anu,
Nak Rudi, sebelumnya maafkan saya. Saya tidak sakit, tapi saya tidak sempat
memberi kabar. Sudah seminggu ini saya keluar-masuk pasar. Hampir tiap hari
saya keluyuran, Nak,” jelasnya.
”Ada
apa, Pak? Apa Pak Diran sudah bosan kerja?” tanyaku penuh selidik.
”Tidak,
Nak! Saya senang, kok, kerja di
sini. Tapi, saya sedang tertimpa musibah.”
”Lho,
kena musibah, kok, malah keluyuran?
Gimana Pak Diran ini?” tanyaku.
”Sepeda
saya Nak, sepeda saya hilang,” katanya terbata-bata tak kuasa menyembunyikan
dukanya.
“Bapak
sudah lapor polisi?” tanyaku. “Sebaiknya Pak Diran lapor polisi.”
”Belum,
Nak. Saya akan lapor polisi, setelah itu saya akan kerja kembali.”
”Ya
sudah Pak, mudah-mudahan sepedanya cepat ketemu,” jawab Rudi dengan suka cita,
membayangkan tanaman kesayangannya tak akan layu lagi dan daun-daunnya pasti
hijau lagi kalau sudah disentuh tangan dingin Pak Diran. Dua hari kemudian,
tepat pada hari ulang tahunnya ke-60, Pak Diran datang. Wajahnya tak lagi kuyu,
bajunya tak lusuh lagi. Dituntunnya sepeda tuanya dengan sorot mata bahagia dan
segurat senyum tersungging di
bibirnya yang keriput dimakan usia. Aku ikut bahagia karena dapat merasakan
betapa bahagianya Pak Diran. Ternyata sepeda tuanya tidak hilang. Pak Diran
yang lupa. Ia meletakkan sepeda di rumah tetangganya. Sepeda itu pula yang menemaninya
mengarungi pahit getir kehidupan dunia. Dalam kesendirian hidupnya, hanya sepeda
tua itu yang setia bersamanya selama bertahun-tahun.
Sepeda Tua Pak Diran, karya Edi Warsidi,
Visindo Media
Persada, 2007
Pertanyaan:
1.
Apa
yang Pak Diran lakukan di rumah Rudi?
________________________________________________________________________________________________________________________
2.
Mengapa
Pak Diran tidak datang ke rumah Rudi dan merawat tanaman?
________________________________________________________________________________________________________________________
3.
Apa saran
Rudi pada Pak Diran setelah mereka bertemu?
________________________________________________________________________________________________________________________
4.
Di
mana ia menemukan sepedanya?
________________________________________________________________________________________________________________________
5.
Tulislah
kata yang tidak kamu mengerti! (maksimal 10 kata)
a. _______________________________________________________
b. _______________________________________________________
c. _______________________________________________________
d. _______________________________________________________
e. _______________________________________________________
f. _______________________________________________________
g. _______________________________________________________
h. _______________________________________________________
i. _______________________________________________________
j. _______________________________________________________
No comments:
Post a Comment