Tuesday, August 28, 2018

Sepeda tua Pak Diran - Agustus 2018 (Pemahaman bacaan dan unsur sastra)


Nama:__________________                                                                                                                                      Kelas: ___
Tanggal: ________________
Sepeda Tua Pak Diran

Di daerah panas seperti kotaku ini, kota kecil di pinggir pesisir, hanya panas dan angin laut yang akrab dengan alam. Biasanya Pak Diran datang ke rumah, tetapi kali ini ia tidak muncul. Ia merawat tanaman di kebunku.
”Barangkali Pak Diran sakit, Rud,” kata ayah dengan gelisah kepadaku.
“Tahu sendiri kan, rumahnya jauh, naik sepeda tuanya paling tidak perlu waktu satu jam sampai sini,” sambungnya.
”Iya barangkali,” balasku ragu. Aku tahu, meskipun umur Pak Diran hampir sampai pada bilangan ke-60, kulihat fisiknya masih cukup kuat. Dia jarang sakit. Barangkali karena kebiasaannya mengayuh sepeda hampir dua jam setiap harinya. Bi Minah, pembantu di rumahku yang satu kampung dengan Pak Diran, hanya menggeleng-geleng saja ketika ditanya tentang keadaan Pak Diran.
”Ditengok saja ke sana Rudi, kalau-kalau Pak Diran sakit.” Aku masih ragu. Rasanya tak mungkin Pak Diran sakit. Kemarin dulu kelihatannya masih sehat-sehat saja, kok. Tidak kelihatan tanda-tanda sama sekali kalau dia sakit. Seminggu berlalu. Pak Diran belum juga muncul.
Meski sudah dirawat, tanam-tanaman di rumahku mulai merunduk layu. Aku tidak setelaten Pak Diran dalam merawat tanaman.
”Besok akan kutengok Pak Diran,” kataku dalam hati.
Esok paginya ketika aku sedang bersiap-siap untuk berangkat, tiba-tiba Pak Diran sudah berdiri di hadapannku. Mukanya kuyu kurang tidur. Bajunya lusuh menambah kesan tua umurnya yang sudah lebih setengah abad.
Lho, Pak! Saya kira Pak Diran sakit. Habis sudah seminggu nggak masuk. Apa sudah sehat, tho?” cerocosku tanpa memberinya kesempatan bernapas.
”Anu, Nak Rudi, sebelumnya maafkan saya. Saya tidak sakit, tapi saya tidak sempat memberi kabar. Sudah seminggu ini saya keluar-masuk pasar. Hampir tiap hari saya keluyuran, Nak,” jelasnya.
”Ada apa, Pak? Apa Pak Diran sudah bosan kerja?” tanyaku penuh selidik.
”Tidak, Nak! Saya senang, kok, kerja di sini. Tapi, saya sedang tertimpa musibah.”
Lho, kena musibah, kok, malah keluyuran? Gimana Pak Diran ini?” tanyaku.
”Sepeda saya Nak, sepeda saya hilang,” katanya terbata-bata tak kuasa menyembunyikan dukanya.
“Bapak sudah lapor polisi?” tanyaku. “Sebaiknya Pak Diran lapor polisi.”
”Belum, Nak. Saya akan lapor polisi, setelah itu  saya akan kerja kembali.”
”Ya sudah Pak, mudah-mudahan sepedanya cepat ketemu,” jawab Rudi dengan suka cita, membayangkan tanaman kesayangannya tak akan layu lagi dan daun-daunnya pasti hijau lagi kalau sudah disentuh tangan dingin Pak Diran. Dua hari kemudian, tepat pada hari ulang tahunnya ke-60, Pak Diran datang. Wajahnya tak lagi kuyu, bajunya tak lusuh lagi. Dituntunnya sepeda tuanya dengan sorot mata bahagia dan segurat senyum tersungging di bibirnya yang keriput dimakan usia. Aku ikut bahagia karena dapat merasakan betapa bahagianya Pak Diran. Ternyata sepeda tuanya tidak hilang. Pak Diran yang lupa. Ia meletakkan sepeda di rumah tetangganya. Sepeda itu pula yang menemaninya mengarungi pahit getir kehidupan dunia. Dalam kesendirian hidupnya, hanya sepeda tua itu yang setia bersamanya selama bertahun-tahun.

Sepeda Tua Pak Diran, karya Edi Warsidi,
Visindo Media Persada, 2007

Pertanyaan:
1.     Apa yang Pak Diran lakukan di rumah Rudi?
________________________________________________________________________________________________________________________
2.    Mengapa Pak Diran tidak datang ke rumah Rudi dan merawat tanaman?
________________________________________________________________________________________________________________________
3.    Apa saran Rudi pada Pak Diran setelah mereka bertemu?
________________________________________________________________________________________________________________________
4.    Di mana ia menemukan sepedanya?
________________________________________________________________________________________________________________________

5.    Tulislah kata yang tidak kamu mengerti! (maksimal 10 kata)
a.     _______________________________________________________
b.    _______________________________________________________
c.     _______________________________________________________
d.    _______________________________________________________
e.    _______________________________________________________
f.     _______________________________________________________
g.     _______________________________________________________
h.    _______________________________________________________
i.      _______________________________________________________
j.     _______________________________________________________

Setelah selesai, carilah tokoh utama, sifat para tokoh, latar tempat, latar waktu, latar suasana, dan tema cerita.

No comments:

Post a Comment